Wahai pemuda Islam, bersemangatlah dalam menuntut ilmu agama.

Minggu, 31 Juli 2016

Al Kabair 36 : What Are You (2)

max


Bismillahi wash shalatu was salamu 'ala rasulillah.

Ini adalah lanjutan dari pembahasan dosa besar 'ujub dan sombong pada bagian pertama

Bentuk-Bentuk Kesombongan Yang Sering Terjadi


1. Tidak mau melaksanakan ibadah yang wajib 


Kalau ibadah sunnah, kita tidak melaksanakannya karena males, itu kemalasan. Tidak sampai ke tingkatan kesombongan. Tapi kalau ibadah wajib, kita tidak melaksanakannya, maka itu adalah bentuk kesombongan. Walau pun ada orang yang kelihatannya rendah hati di hadapan orang banyak, tapi kalau dia tidak pernah shalat, dia adalah orang yang paling sombong di hadapan Allah.

Allah berfirman, 
"Dan Tuhanmu berkata, 'Berdo`alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina'." (QS. Ghafir/Al-Mu'min [40] : 60)

Jadi, orang yang tidak mau melakukan ibadah yang wajib, di mata Allah dia adalah orang yang sombong. Terserah manusia mau bilang dia tawadhu', rendah hati, atau apa pun, tapi kalau dia tidak mau melakukan ibadah wajib, di mata Allah tetap sombong.

Sudah tahu kita ciptaan Allah. Kita tidak bisa apa-apa kecuali dengan pertolongan Allah. Dan Allah menyuruh kita ibadah untuk kebaikan kita sendiri. Lalu kita tidak mau. Kenapa sih? Allah tidak butuh lho dengan ibadah kita. Kalau kita tidak mau melakukan ibadah wajib itu, berarti kita sudah sampai ke tingkatan sombong yang luar biasa.

Karena itu balasan bagi orang yang tidak melakukan shalat kata Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, adalah Allah tidak akan kasih hidayah, cahaya, (kecuali yang bertaubat), dikumpulkan bersama Fir'aun, Qarun, Hamman, dan Ubay bin Khalaf. Bukan sama Hitler, bukan sama orang kafir yang sekedar terkenal saja, tetapi sama yang super terkenal. Hokagenya jahannam. Allah menyamakan orang yang meninggalkan shalat dengan orang yang paling sombong.

2. Menolak nasihat, padahal nasihatnya benar


Beda kalau nasihatnya adalah hal yang mubah, maka tidak harus kita ikuti. Contohnya kalau kita suka rambut gaya belah pinggir, terus dinasihati, "Kamu mah lebih ganteng kalau belah tengah deh." Ini bukan sombong kalau nasihatnya ditolak.

Yang dimaksud adalah kalau ada orang melakukan kesalahan, lalu dinasihati sesuai Qur'an dan hadits, tapi dia menolak. Maka itu adalah bentuk kesombongan, karena termasuk bentuk menolak kebenaran. Kalau seandainya belum bisa meninggalkan dosa tersebut, setidaknya katakan, "Alhamdulillah terima kasih sudah mengingatkan, tapi aku belum bisa meninggalkan dosa ini." Maka orang seperti ini bukanlah orang yang sombong. Dia memang masih melakukan dosa tapi dia tidak mendapat dosa sombong. Karena dia menerima nasihat, hanya saja belum bisa mengamalkan nasihatnya.

Kalau ada orang dinasihati, kemudian balasannya adalah dengan 3 ucapan :

A. "Jangan sok bener sendiri deh!


Ini merupakan bentuk kesombongan. Misalnya sedang dalam debat. Yang satu menyampaikan hadits palsu, yang satu lagi sesuai dengan Quran dan hadits yang dipahami oleh para ulama yang lurus. Lalu setelah dalil-dalil disampaikan, dia malah berkata, "Jangan sok bener sendiri deh!"

Kita boleh mengatakan "jangan sok bener sendiri deh"-nya hanya kalau dalam perkara fiqih yang mu'tabar. Mu'tabar adalah ikhtilaf yang memang masing-masing punya dalil yang kuat. Nah ini kita tidak boleh merasa benar sendiri. Misalnya masalah mengangkat jari pada saat tasyahud akhir. Pendapat yang telunjuk digoyang-goyang sedikit sama kuat dengan pendapat yang telunjuk tidak digoyang-goyangkan. Dua-duanya pendapat yang kuat.

Tapi yang tidak diperbolehkan adalah ketika debat, yang satu sudah jelas salah, dan yang satu benar. Yang salah malah marah. Inilah kesombongan. 

B. "Dasar sok suci!


Satu kaum yang tidak ada yang taubat. Kaum Nabi Luth. Nabi Luth hanya selamat bersama tiga orang putrinya. Sisanya satu kaum dihancurkan oleh Allah. Kenapa? Karena mereka bilang, "Luth dan keluarganya (anak-anaknya) adalah orang yang merasa suci." Karena itu Allah kunci hati mereka.

Karena itu kalau kalian melakukan dosa lalu dinasihati, jangan bilang sok suci ke orang yang nasihati kalian. Tetapi katakan, "Makasih udah nasehatin, do'ain ya supaya saya bisa taubat. Ya Allah aku udah merasa dosa banyak banget, tapi aku belum bisa menjauhinya." Seperti itu seharusnya. 

C. "Udahlah, urus aja dirimu sendiri!"


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
”Kalimat yang paling Allah benci, seseorang menasehati temannya, ’Bertaqwalah kepada Allah’, namun dia menjawab, ’Urus saja dirimu sendiri.'” (HR. Baihaqi dalam Syu’abul Iman, 1/359, an-Nasai dalam Amal al-Yaum wa al-Lailah, 849, dan dishahihkan al-Albani dalam as-Shahihah, no. 2598)

3. Menganggap remeh dosa 


Ini adalah salah satu bentuk kesombongan. Karena saat seseorang meremehkan dosa, berarti dia meremehkan siksaan Allaah. Padahal siksaan Allah itu dahsyat sekali.

Kalau kalian sudah mendengar di ceramah "Perjalanan Akhirat", kalian akan tahu bagaimana di neraka itu nanti ada ular, yang taringnya sepanjang pohon kurma, dan sekali gigit, tubuh orang yang digigit akan terbakar 70 tahun. Ini dari atsar yang shahih dalam Shahih at-Targhib wa at-Tarhib. Ada juga orang yang diberi minuman nanah yang mendidih. Dan itu siksaan bagi orang yang melakukan dosa. Kita apabila meremehkan dosa, itu termasuk bentuk kesombongan yang sangat dahsyat.

Lihat perbedaan antara mukmin dan pelaku dosa besar. Ibnu Mas’ud berkata,
"Sesungguhnya seorang mukmin memandang dosa-dosanya seakan-akan ia sedang duduk di bawah gunung dan ia takut gunung tersebut jatuh menimpanya. Dan seorang fajir memandang dosa-dosanya seperti seekor lalat yang lewat di hidungnya lalu ia berkata demikian (mengipaskan tangannya di atas hidungnya) untuk mengusir lalat tersebut." (Atsar shahih riwayat Bukhari)
Orang mukmin saat melakukan dosa, baik kecil maupun besar, langsung di hatinya ia berkata, "Ya Allah, aku ini udah bahaya banget, udah melakukan dosa, udah meremehkan-Mu. Astaghfirullah." Adapun orang munafik menganggap, "Udah lah nanti aja gampang. Taubat mah nanti da Allah juga Maha Pengampun." Ini adalah peremehan dosa. Bahaya.

4. Merasa hebat dengan amal shalih 


Ada seseorang yang shalih, ia punya saudara yang banyak dosa. Akhirnya si orang shalih berkata pada orang yang berdosa itu, ”Demi Allah, Allah takkan mengampuni dosamu.” Kemudian di hari kiamat, Allah berkata ke si orang shalih ini, “Siapa yang berani mendahului Aku dengan sumpahnya? Kenapa kamu berani bersumpah bahwa Aku tidak akan mengampuni dia? Ketahuilah, Aku ampuni dia, dan kamu, semua amalmu hilang." (HR. Muslim) 
Itulah saking beratnya balasan orang yang merasa bangga dengan amal shalih-nya sendiri dan sampai meremehkan orang lain.

Ingatlah dengan nabi yang sangat lemah lembut. Nabi Ibrahim 'alaihissalam. Beliau yang notabenenya ikhlas 100%, berdo'a saat selesai membangun Ka'bah, "Rabbanaa taqabbal minnaa (Ya Allah terimalah amalan kami)," padahal tanpa do'a pun PASTI diterima. Tapi beliau tetap merintih ke Allah untuk menerima amalannya.

Maka kitapun sepantasnya, sesudah beramal shalih, jangan jadi 'ujub. Tapi do'a ke Allah, "Ya Allah, maafkan kekurangan amal shalihku."

Pernahkah kalian yang sudah bertaubat dari dosa kalian bilang ke Allah, "Ya Allah, terima taubatku. Aku sudah bersungguh-sungguh menyesal dari dosaku tapi aku belum yakin. Aku tidak bisa tahu apakah taubatku sudah diterima atau belum. Tapi aku hanya bisa berharap kepada-Mu ya Allah, tolong terima taubatku."

Pernah tidak kalian ketika jalan ke kajian, kemudian di tiap langkahnya kalian bilang, "Ya Allah, terimalah langkah kaki ini agar aku bisa dimudahkan ketika menyebrangi ash-Shirath di hari kiamat. 

Pernahkah kalian saat sedang membaca Qur'an, setelah beres membacanya kalian bilang, "Ya Allah, terima amalanku membaca Qur'an ini agar pahalanya menjadi penerang di alam kuburku."

Pernah tidak? Kalau belum, cobalah mulai sekarang. Do'a ke Allah, jangan malah jadi 'ujub.

5. Merendahkan manusia


Sudah dibahas di atas.

6. POIN KE-6


Ini poinnya sebagai tambahan. Sebagai notes, ini yang harus kalian highlight, harus kalian garisbesarKAN, harus kalian ketahui benar-benar-benar. Yaitu apa?

Ingat! JANGAN SAMPAI MATERI INI MEMBUAT KALIAN MALAH JADI TIDAK DAKWAH.

Tolong bedakan antara dakwah dengan sombong. Sebagian orang ketika dapat materi ini, ia jadi enggan untuk menasihati orang lain yang melakukan dosa. Ada orang A melakukan dosa, si orang ini bilang, "Ah, jangan nasihatin ah. Kalau aku nasihati dia, marah-marahin dia takutnya aku jadi sombong." Bukan begitu, teman-teman. Justru, memarahi seseorang yang berbuat maksiat bukanlah kesombongan. Memarahi itu berbeda dengan memvonis.

Sebagai contoh, ada orang melakukan zina. "Ya fulan, kamu jangan zina. Bahaya zina itu, Allah mengancam dengan neraka." Itu memarahi. Kalau memvonis itu apabila berkata, "Hei fulan, kamu baru zina, ya? Neraka tempatmu loh." Beda kan?

Bahkan kalaupun dakwah sambil marah, ini ada nasihat dari dr. Raehanul Bahraen. 
"Jadilah seperti jarum, jangan seperti gunting. Gunting itu kuat tapi bisa memisahkan kertas, yang asalnya satu kemudian dipisah jadi dua. Tapi jadilah seperti jarum. Walau sakit menusuk, tapi menyatukan benang. Akhirnya bisa jadi baju."

Subhanallah. Tidak apa-apa kalau kalian melihat orang bermaksiat kemudian kalian marah. Marah itu bukan bentuk kesombongan, justru itu bentuk cinta.

Nanti di film made by Paradisean Youth episode 2, inginnya dibahas sedikit masalah cinta karena Allah. Tahu ga sih kalian, kalau poin terpenting dalam cinta karena Allaah adalah MARAH ketika ia berbuat dosa.

Sekarang yang ada malah ketika seseorang mengatakan ia cinta kepada temannya karena Allah. Saat temannya itu maksiat, si orang yang mengatakan ia cinta karena Allah bilang, "Aduh, aku sudah menyatakan cintaku padanya. Aku jadi malu untuk nasihati dia." Apa-apaan? Ini adalah cinta palsu. Kalau cinta yang benar itu kalau teman berbuat dosa, kita marahi dia. Itu wujud cinta kita.

Ancaman Bagi Orang Yang Sombong 


1. Digiring seperti semut berbentuk manusia


Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Pada hari kiamat orang-orang yang sombong akan digiring dan dikumpulkan seperti semut kecil, di dalam bentuk manusia, kehinaan akan meliputi mereka dari berbagai sisi. Mereka akan digiring menuju sebuah penjara di dalam Jahannam yang namanya Bulas. Api neraka yang sangat panas akan membakar mereka. Mereka akan diminumi nanah penduduk neraka, yaitu thinatul khabal (lumpur kebinasaan)”. (Hadits Hasan. Riwayat Bukhari di dalam al-Adabul Mufrad, no. 557; Tirmidzi, no. 2492; Ahmad, 2/179; dan Nu’aim bin Hammad di dalam Zawaid Az-Zuhd, no. 151)

2. Dikunci mati hati orang yang sombong


"... Demikianlah Allah mengunci mati hati orang yang sombong dan sewenang-wenang." (QS. Ghafir/Al-Mu'min [40] : 35)
Orang yang sombong, kemungkinan besar matinya su'ul khatimah. Karena Allah tutup hatinya dari nasihat, Allah tutup hatinya dari bisa menerima kebenaran. 

3. Lebih besar bahayanya daripada berbuat dosa


Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Jikalau kalian tidak berbuat dosa, aku sungguh mengkhawatirkan atas kalian sesuatu yang lebih berat daripada dosa-dosa tersebut, yaitu aku khawatir atas diri kalian ditimpa penyakit 'ujub atau sombong." (Hadits hasan lighairih di dalam Silsilah al-Hadits ash-Shahihah no. 658)

Karena orang yang benar-benar bersih dari dosa, kalau hatinya tidak dijaga pasti jadinya 'ujub. "Masya Allah. Dari pagi sampai siang ga ngelakuin dosa sedikitpun." Nanti malah 'ujub apabila berkata seperti itu. Karena itu ini adalah salah satu hikmah kenapa seseorang melakukan dosa. Ingat, ini bukan motivasi untuk berbuat dosa. Jangan mengatakan, "Ah saya mah berbuat dosa karena udah takdir." Dosa memang takdir hakikatnya, tapi tidak boleh kita menyalahkan takdir. Misal ketika kita pacaran misalnya, lalu saat pegangan tangan bilang, "Ah pacaran itu takdir. Pegangan gini juga takdir kok." Tidak bisa seperti itu. Salahkanlah diri kita sendiri.

Dan memang ini hikmahnya kita punya dosa-dosa masa lalu. Ini sesuatu yang jarang dibahas oleh para ulama. Salah satu ulama yang membahas hal ini adalah Ibnul Qayyim al-Jauziyah. Hikmah seseorang berbuat dosa. Sekali lagi, ini bukan motivasi untuk berbuat dosa. Ini tentang apabila kita punya dosa masa lalu yang berat, maka coba kita renungi, "Ya Allah, Engkau takdirkan dulu aku melakukan dosa besar. Dan Kau pun sekarang memberi aku hidayah. Aku jadi tahu bahwasanya diri ini benar-benar tidak ada apa-apanya tanpa pertolongan-Mu, ya Allah. Andai Engkau tidak memberi hidayah, aku mau di mana? Aku penuh dosa.

Dan biasanya teman-teman, orang yang punya dosa masa lalu kemudian taubat. Mereka saat berdakwah, tidak sombong. Saat sedang dakwah ke orang-orang yang bermaksiat, mereka dalam hatinya bicara, "Ya Allah, mereka melakukan dosa. Aku benci dengan dosa-dosa yang mereka lakukan. Namun akupun sayang dengan mereka. Aku dulu seperti mereka, namun Engkau memberi hidayah kepadaku. Maka beri hidayah juga kepada mereka, ya Allah." Dakwah orang-orang seperti itu penuh kasih sayang, karena diapun pernah merasakan dosa zaman dulunya. 

Andai kalian tidak termasuk orang yang pernah melakukan dosa besar, maka hati-hati. Jaga terus hati kalian agar tidak diliputi dengan kesombongan. Insya Allah.

Abu Takeru / Author & Editor

Bernama asli Rizal Fadli Nurhadi. Alumni East Preston Islamic College, Melbourne, Victoria, Australia. Pernah belajar di bawah bimbingan dai nasional Australia, di antaranya Abu Hamzah, Umar Zouk, dan Bilal Assad. Saat ini aktif mengisi kajian komunitas Paradisean Youth.

0 komentar:

Posting Komentar

Diharapkan tidak berkomentar atas dasar fanatisme golongan kepada ustadz atau organisasi tertentu.Akan tetapi, gunakan dalil dari Alquran dan Sunnah dengan pemahaman para generasi terdahulu (sahabat, tabi'in, dan tabiut tabi'in).

Coprights @ 2016, Blogger Templates Designed By Templateism | Distributed By Gooyaabi Templates | Modified by Zain Ibn Sufry