Wahai pemuda Islam, bersemangatlah dalam menuntut ilmu agama.

Minggu, 31 Juli 2016

Al Kabair 36 : What Are You (2)

max


Bismillahi wash shalatu was salamu 'ala rasulillah.

Ini adalah lanjutan dari pembahasan dosa besar 'ujub dan sombong pada bagian pertama

Bentuk-Bentuk Kesombongan Yang Sering Terjadi


1. Tidak mau melaksanakan ibadah yang wajib 


Kalau ibadah sunnah, kita tidak melaksanakannya karena males, itu kemalasan. Tidak sampai ke tingkatan kesombongan. Tapi kalau ibadah wajib, kita tidak melaksanakannya, maka itu adalah bentuk kesombongan. Walau pun ada orang yang kelihatannya rendah hati di hadapan orang banyak, tapi kalau dia tidak pernah shalat, dia adalah orang yang paling sombong di hadapan Allah.

Allah berfirman, 
"Dan Tuhanmu berkata, 'Berdo`alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina'." (QS. Ghafir/Al-Mu'min [40] : 60)

Jadi, orang yang tidak mau melakukan ibadah yang wajib, di mata Allah dia adalah orang yang sombong. Terserah manusia mau bilang dia tawadhu', rendah hati, atau apa pun, tapi kalau dia tidak mau melakukan ibadah wajib, di mata Allah tetap sombong.

Sudah tahu kita ciptaan Allah. Kita tidak bisa apa-apa kecuali dengan pertolongan Allah. Dan Allah menyuruh kita ibadah untuk kebaikan kita sendiri. Lalu kita tidak mau. Kenapa sih? Allah tidak butuh lho dengan ibadah kita. Kalau kita tidak mau melakukan ibadah wajib itu, berarti kita sudah sampai ke tingkatan sombong yang luar biasa.

Karena itu balasan bagi orang yang tidak melakukan shalat kata Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, adalah Allah tidak akan kasih hidayah, cahaya, (kecuali yang bertaubat), dikumpulkan bersama Fir'aun, Qarun, Hamman, dan Ubay bin Khalaf. Bukan sama Hitler, bukan sama orang kafir yang sekedar terkenal saja, tetapi sama yang super terkenal. Hokagenya jahannam. Allah menyamakan orang yang meninggalkan shalat dengan orang yang paling sombong.

2. Menolak nasihat, padahal nasihatnya benar


Beda kalau nasihatnya adalah hal yang mubah, maka tidak harus kita ikuti. Contohnya kalau kita suka rambut gaya belah pinggir, terus dinasihati, "Kamu mah lebih ganteng kalau belah tengah deh." Ini bukan sombong kalau nasihatnya ditolak.

Yang dimaksud adalah kalau ada orang melakukan kesalahan, lalu dinasihati sesuai Qur'an dan hadits, tapi dia menolak. Maka itu adalah bentuk kesombongan, karena termasuk bentuk menolak kebenaran. Kalau seandainya belum bisa meninggalkan dosa tersebut, setidaknya katakan, "Alhamdulillah terima kasih sudah mengingatkan, tapi aku belum bisa meninggalkan dosa ini." Maka orang seperti ini bukanlah orang yang sombong. Dia memang masih melakukan dosa tapi dia tidak mendapat dosa sombong. Karena dia menerima nasihat, hanya saja belum bisa mengamalkan nasihatnya.

Kalau ada orang dinasihati, kemudian balasannya adalah dengan 3 ucapan :

A. "Jangan sok bener sendiri deh!


Ini merupakan bentuk kesombongan. Misalnya sedang dalam debat. Yang satu menyampaikan hadits palsu, yang satu lagi sesuai dengan Quran dan hadits yang dipahami oleh para ulama yang lurus. Lalu setelah dalil-dalil disampaikan, dia malah berkata, "Jangan sok bener sendiri deh!"

Kita boleh mengatakan "jangan sok bener sendiri deh"-nya hanya kalau dalam perkara fiqih yang mu'tabar. Mu'tabar adalah ikhtilaf yang memang masing-masing punya dalil yang kuat. Nah ini kita tidak boleh merasa benar sendiri. Misalnya masalah mengangkat jari pada saat tasyahud akhir. Pendapat yang telunjuk digoyang-goyang sedikit sama kuat dengan pendapat yang telunjuk tidak digoyang-goyangkan. Dua-duanya pendapat yang kuat.

Tapi yang tidak diperbolehkan adalah ketika debat, yang satu sudah jelas salah, dan yang satu benar. Yang salah malah marah. Inilah kesombongan. 

B. "Dasar sok suci!


Satu kaum yang tidak ada yang taubat. Kaum Nabi Luth. Nabi Luth hanya selamat bersama tiga orang putrinya. Sisanya satu kaum dihancurkan oleh Allah. Kenapa? Karena mereka bilang, "Luth dan keluarganya (anak-anaknya) adalah orang yang merasa suci." Karena itu Allah kunci hati mereka.

Karena itu kalau kalian melakukan dosa lalu dinasihati, jangan bilang sok suci ke orang yang nasihati kalian. Tetapi katakan, "Makasih udah nasehatin, do'ain ya supaya saya bisa taubat. Ya Allah aku udah merasa dosa banyak banget, tapi aku belum bisa menjauhinya." Seperti itu seharusnya. 

C. "Udahlah, urus aja dirimu sendiri!"


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
”Kalimat yang paling Allah benci, seseorang menasehati temannya, ’Bertaqwalah kepada Allah’, namun dia menjawab, ’Urus saja dirimu sendiri.'” (HR. Baihaqi dalam Syu’abul Iman, 1/359, an-Nasai dalam Amal al-Yaum wa al-Lailah, 849, dan dishahihkan al-Albani dalam as-Shahihah, no. 2598)

3. Menganggap remeh dosa 


Ini adalah salah satu bentuk kesombongan. Karena saat seseorang meremehkan dosa, berarti dia meremehkan siksaan Allaah. Padahal siksaan Allah itu dahsyat sekali.

Kalau kalian sudah mendengar di ceramah "Perjalanan Akhirat", kalian akan tahu bagaimana di neraka itu nanti ada ular, yang taringnya sepanjang pohon kurma, dan sekali gigit, tubuh orang yang digigit akan terbakar 70 tahun. Ini dari atsar yang shahih dalam Shahih at-Targhib wa at-Tarhib. Ada juga orang yang diberi minuman nanah yang mendidih. Dan itu siksaan bagi orang yang melakukan dosa. Kita apabila meremehkan dosa, itu termasuk bentuk kesombongan yang sangat dahsyat.

Lihat perbedaan antara mukmin dan pelaku dosa besar. Ibnu Mas’ud berkata,
"Sesungguhnya seorang mukmin memandang dosa-dosanya seakan-akan ia sedang duduk di bawah gunung dan ia takut gunung tersebut jatuh menimpanya. Dan seorang fajir memandang dosa-dosanya seperti seekor lalat yang lewat di hidungnya lalu ia berkata demikian (mengipaskan tangannya di atas hidungnya) untuk mengusir lalat tersebut." (Atsar shahih riwayat Bukhari)
Orang mukmin saat melakukan dosa, baik kecil maupun besar, langsung di hatinya ia berkata, "Ya Allah, aku ini udah bahaya banget, udah melakukan dosa, udah meremehkan-Mu. Astaghfirullah." Adapun orang munafik menganggap, "Udah lah nanti aja gampang. Taubat mah nanti da Allah juga Maha Pengampun." Ini adalah peremehan dosa. Bahaya.

4. Merasa hebat dengan amal shalih 


Ada seseorang yang shalih, ia punya saudara yang banyak dosa. Akhirnya si orang shalih berkata pada orang yang berdosa itu, ”Demi Allah, Allah takkan mengampuni dosamu.” Kemudian di hari kiamat, Allah berkata ke si orang shalih ini, “Siapa yang berani mendahului Aku dengan sumpahnya? Kenapa kamu berani bersumpah bahwa Aku tidak akan mengampuni dia? Ketahuilah, Aku ampuni dia, dan kamu, semua amalmu hilang." (HR. Muslim) 
Itulah saking beratnya balasan orang yang merasa bangga dengan amal shalih-nya sendiri dan sampai meremehkan orang lain.

Ingatlah dengan nabi yang sangat lemah lembut. Nabi Ibrahim 'alaihissalam. Beliau yang notabenenya ikhlas 100%, berdo'a saat selesai membangun Ka'bah, "Rabbanaa taqabbal minnaa (Ya Allah terimalah amalan kami)," padahal tanpa do'a pun PASTI diterima. Tapi beliau tetap merintih ke Allah untuk menerima amalannya.

Maka kitapun sepantasnya, sesudah beramal shalih, jangan jadi 'ujub. Tapi do'a ke Allah, "Ya Allah, maafkan kekurangan amal shalihku."

Pernahkah kalian yang sudah bertaubat dari dosa kalian bilang ke Allah, "Ya Allah, terima taubatku. Aku sudah bersungguh-sungguh menyesal dari dosaku tapi aku belum yakin. Aku tidak bisa tahu apakah taubatku sudah diterima atau belum. Tapi aku hanya bisa berharap kepada-Mu ya Allah, tolong terima taubatku."

Pernah tidak kalian ketika jalan ke kajian, kemudian di tiap langkahnya kalian bilang, "Ya Allah, terimalah langkah kaki ini agar aku bisa dimudahkan ketika menyebrangi ash-Shirath di hari kiamat. 

Pernahkah kalian saat sedang membaca Qur'an, setelah beres membacanya kalian bilang, "Ya Allah, terima amalanku membaca Qur'an ini agar pahalanya menjadi penerang di alam kuburku."

Pernah tidak? Kalau belum, cobalah mulai sekarang. Do'a ke Allah, jangan malah jadi 'ujub.

5. Merendahkan manusia


Sudah dibahas di atas.

6. POIN KE-6


Ini poinnya sebagai tambahan. Sebagai notes, ini yang harus kalian highlight, harus kalian garisbesarKAN, harus kalian ketahui benar-benar-benar. Yaitu apa?

Ingat! JANGAN SAMPAI MATERI INI MEMBUAT KALIAN MALAH JADI TIDAK DAKWAH.

Tolong bedakan antara dakwah dengan sombong. Sebagian orang ketika dapat materi ini, ia jadi enggan untuk menasihati orang lain yang melakukan dosa. Ada orang A melakukan dosa, si orang ini bilang, "Ah, jangan nasihatin ah. Kalau aku nasihati dia, marah-marahin dia takutnya aku jadi sombong." Bukan begitu, teman-teman. Justru, memarahi seseorang yang berbuat maksiat bukanlah kesombongan. Memarahi itu berbeda dengan memvonis.

Sebagai contoh, ada orang melakukan zina. "Ya fulan, kamu jangan zina. Bahaya zina itu, Allah mengancam dengan neraka." Itu memarahi. Kalau memvonis itu apabila berkata, "Hei fulan, kamu baru zina, ya? Neraka tempatmu loh." Beda kan?

Bahkan kalaupun dakwah sambil marah, ini ada nasihat dari dr. Raehanul Bahraen. 
"Jadilah seperti jarum, jangan seperti gunting. Gunting itu kuat tapi bisa memisahkan kertas, yang asalnya satu kemudian dipisah jadi dua. Tapi jadilah seperti jarum. Walau sakit menusuk, tapi menyatukan benang. Akhirnya bisa jadi baju."

Subhanallah. Tidak apa-apa kalau kalian melihat orang bermaksiat kemudian kalian marah. Marah itu bukan bentuk kesombongan, justru itu bentuk cinta.

Nanti di film made by Paradisean Youth episode 2, inginnya dibahas sedikit masalah cinta karena Allah. Tahu ga sih kalian, kalau poin terpenting dalam cinta karena Allaah adalah MARAH ketika ia berbuat dosa.

Sekarang yang ada malah ketika seseorang mengatakan ia cinta kepada temannya karena Allah. Saat temannya itu maksiat, si orang yang mengatakan ia cinta karena Allah bilang, "Aduh, aku sudah menyatakan cintaku padanya. Aku jadi malu untuk nasihati dia." Apa-apaan? Ini adalah cinta palsu. Kalau cinta yang benar itu kalau teman berbuat dosa, kita marahi dia. Itu wujud cinta kita.

Ancaman Bagi Orang Yang Sombong 


1. Digiring seperti semut berbentuk manusia


Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Pada hari kiamat orang-orang yang sombong akan digiring dan dikumpulkan seperti semut kecil, di dalam bentuk manusia, kehinaan akan meliputi mereka dari berbagai sisi. Mereka akan digiring menuju sebuah penjara di dalam Jahannam yang namanya Bulas. Api neraka yang sangat panas akan membakar mereka. Mereka akan diminumi nanah penduduk neraka, yaitu thinatul khabal (lumpur kebinasaan)”. (Hadits Hasan. Riwayat Bukhari di dalam al-Adabul Mufrad, no. 557; Tirmidzi, no. 2492; Ahmad, 2/179; dan Nu’aim bin Hammad di dalam Zawaid Az-Zuhd, no. 151)

2. Dikunci mati hati orang yang sombong


"... Demikianlah Allah mengunci mati hati orang yang sombong dan sewenang-wenang." (QS. Ghafir/Al-Mu'min [40] : 35)
Orang yang sombong, kemungkinan besar matinya su'ul khatimah. Karena Allah tutup hatinya dari nasihat, Allah tutup hatinya dari bisa menerima kebenaran. 

3. Lebih besar bahayanya daripada berbuat dosa


Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Jikalau kalian tidak berbuat dosa, aku sungguh mengkhawatirkan atas kalian sesuatu yang lebih berat daripada dosa-dosa tersebut, yaitu aku khawatir atas diri kalian ditimpa penyakit 'ujub atau sombong." (Hadits hasan lighairih di dalam Silsilah al-Hadits ash-Shahihah no. 658)

Karena orang yang benar-benar bersih dari dosa, kalau hatinya tidak dijaga pasti jadinya 'ujub. "Masya Allah. Dari pagi sampai siang ga ngelakuin dosa sedikitpun." Nanti malah 'ujub apabila berkata seperti itu. Karena itu ini adalah salah satu hikmah kenapa seseorang melakukan dosa. Ingat, ini bukan motivasi untuk berbuat dosa. Jangan mengatakan, "Ah saya mah berbuat dosa karena udah takdir." Dosa memang takdir hakikatnya, tapi tidak boleh kita menyalahkan takdir. Misal ketika kita pacaran misalnya, lalu saat pegangan tangan bilang, "Ah pacaran itu takdir. Pegangan gini juga takdir kok." Tidak bisa seperti itu. Salahkanlah diri kita sendiri.

Dan memang ini hikmahnya kita punya dosa-dosa masa lalu. Ini sesuatu yang jarang dibahas oleh para ulama. Salah satu ulama yang membahas hal ini adalah Ibnul Qayyim al-Jauziyah. Hikmah seseorang berbuat dosa. Sekali lagi, ini bukan motivasi untuk berbuat dosa. Ini tentang apabila kita punya dosa masa lalu yang berat, maka coba kita renungi, "Ya Allah, Engkau takdirkan dulu aku melakukan dosa besar. Dan Kau pun sekarang memberi aku hidayah. Aku jadi tahu bahwasanya diri ini benar-benar tidak ada apa-apanya tanpa pertolongan-Mu, ya Allah. Andai Engkau tidak memberi hidayah, aku mau di mana? Aku penuh dosa.

Dan biasanya teman-teman, orang yang punya dosa masa lalu kemudian taubat. Mereka saat berdakwah, tidak sombong. Saat sedang dakwah ke orang-orang yang bermaksiat, mereka dalam hatinya bicara, "Ya Allah, mereka melakukan dosa. Aku benci dengan dosa-dosa yang mereka lakukan. Namun akupun sayang dengan mereka. Aku dulu seperti mereka, namun Engkau memberi hidayah kepadaku. Maka beri hidayah juga kepada mereka, ya Allah." Dakwah orang-orang seperti itu penuh kasih sayang, karena diapun pernah merasakan dosa zaman dulunya. 

Andai kalian tidak termasuk orang yang pernah melakukan dosa besar, maka hati-hati. Jaga terus hati kalian agar tidak diliputi dengan kesombongan. Insya Allah.

Sabtu, 30 Juli 2016

Al Kabair 36 : What Are You (1)

max


Bismillahi wash shalatu was salamu 'ala rasulillah.
Innal hamdalillahi nahmaduhu wa nasta'inuhu wa nastaghfiruh.
Wa na'udzubillahi min syururi anfusina wa min sayyiati a'malina.
May yahdihillah fa la mudhillalalh wa may yudhlil fa la hadiyalah.
Asyhadu al la ilaha illallah, wa asyhadu anna muhammadan abduhu wa rasuluh.

Sungguh segala puja dan puji hanya milik Allah. 
Kita puji Dia, kita mohon pertolongan dan ampunan-Nya.
Kita berlindung kepada Allah dari keburukan diri kita, dan keburukan amal perbuatan kita. 
Barang siapa yang Allah beri hidayah, takkan ada seorang pun yang bisa menyesatkan. Dan barangsiapa yang Allah sesatkan. Takkan ada satu pun yang bisa memberi petunjuk.
Aku bersaksi tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah. Dan aku bersaksi Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam adalah hamba dan rasul-Nya.

Amma ba'du.

Flashback


Tidak terasa sekarang ini sudah masuk episode ke-36. Ini adalah catatan kajian Abu Takeru minggu lalu pada hari Jum'at, 22 Juli 2016.

Judul paling awal kajian Abu Takeru adalah "Yu-Gi-Oh! Dajjal vs Nabi Isa" yang dilaksanakan di GSG Salman ITB tahun lalu.

Namun kajian yang pertama booming adalah yang di SMA 5 yaitu "Pocong vs Zombie Part 1".

Mari kita flashback singkat agar kalian ingat. 

Kalau kalian buka YouTube kemudian ketik Abu Takeru, Abu Takeru 0, Abu Takeru 1, dan seterusnya, nanti akan muncul judul-judul berikut.

0. 4,9 Milyar
1. Aku Masuk Islam Gara-Gara George Bush
2. Harry Potter vs Voldemort 
3. Bagiku Musik Halal
4. Assassin's Creed vs Samurai X part 1
5. Assassin's Creed vs Samurai X part 2
6. Surat Cinta Untukmu Pacarku Part 2
7. Doggy vs Babi
8. Good Bye Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam (Detik-Detik Terakhir Rasulullah ï·º) 
9. Kuliah di Amerika, Siapa Takut?
10. Can 1 Ball
11. Tomodachi vs Amigos
12. The Three Who Were Left Behind
13. Alone in The Dark
14. Bunga Yang Tak Diinginkan
15. Who Wants to be Conan Edogawa
16. Resident Evil 4
17. You Love Naruto, I Love Sakura
18. Resident Evil 6
19. Hokage of The Fire
20. Resident Evil Taubat
21. Triple Love
22. I Have A Dream
23. Final Fantasy VIII
24. The Best King on The Face of The Earth
25. Harvest Moon and The Wonderful Life
26. GTA IV
27. GTA IV
28. GTA IV
29. Outlast
30. Habit of Tsunade
31. Black And White Lies
32. The Last
33. Harvest Moon (di Jatinangor)
34. Welcome Ramadhan
35. What's Wrong With Me

*N.B. : Kajian yang serius adalah episode 8, 20, dan 32. Kadang-kadang kalau iman lagi turun, biasanya ingin mendengar kajian yang serius.

Selain itu ada juga episode kajian serius lainnya seperti "Selamat Tinggal Adikku Sabiq Ismatullah..." dan "Perjalanan Akhirat" yaitu video pertama yang di-upload ke YouTube.

Al Kabair 36 : What Are You


Sekarang mari kita membahas episode 36 dari kitab Dosa-Dosa Besar.

"What Are You?" artinya "Kamu itu apa?"

Ada yang bilang, "A', jangan-jangan ini pembahasan Tamim ad-Dari?"

Tamim ad-Dari ini orang Kristen dulunya, kemudian masuk Islam jadi sahabat Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam. Dalam hadits shohih Muslim diceritakan ketika ia sedang dalam perjalanan naik perahu terombang-ambing akhirnya terdampar ke sebuah pulau. Di sana ada Dajjal. Di situ ada seekor makhluk yang depan dan belakangnya tidak jelas dan sekujur tubuhnya penuh bulu. Terus ditanya, "Kamu itu apa?"

Coba kalau dia menjawab, "Da aku mah apa atuh," jadi lucu, haha. Tapi bukan itu.

Ternyata dijawab, "Aku adalah mata-mata."

Tapi bukan itu pembahasannya sekarang.

Pembahasan kita sekarang adalah:
"Aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan untuk menyembah-Ku." (QS. Adz-Dzariyat [51] : 56)

Itu lah pembahasan kita sekarang.

"What are you?"

"We are the slaves of Allah."

"Kamu itu apa?"

"Kita hamba Allah."

Dan ini pertanyaan yang sangat penting. Apa yang akan jadi pembahasan dosa besar kali ini?

Tenang, pertama akan dibahas terlebih dahulu dengan satu pertanyaan ini. Para nasionalis atau orang-orang non-muslim biasanya bertanya ke kita, "Kamu itu tujuan hidupnya apa sih?" Para penganut agama Kristen di sebuah universitas biasanya bertanya ke rohis di sana. Biasanya pertanyaan pertama itu, "Kenapa Tuhan menciptakan manusia? Untuk apa?" kemudian ini dan itu. Itu selalu ditanyakan.

Kita, orang Islam, punya jawaban. Jawabannya adalah, "Kita diciptakan untuk menyembah Allah." Tapi kalau kita bilang begitu, mereka pasti akan ngomong, "Hah? Kita diciptakan untuk menyembah Tuhan? Apa nggak terlalu sempit tujuan hidup kita?" Hati-hati bagi kalian yang menghadapi pertanyaan seperti itu. Daripada mikir bingung-bingung, balas saja ke mereka, "Memang kamu punya alasan yang lebih baik dari pada itu?" Terus mungkin mereka akan menjawab macam-macam, "Banyak. Saya hidup untuk memberi manfaat ke orang banyak." Kita jawab lagi. "Emang memberi manfaat ke orang banyak itu bukan bagian dari ibadah kepada Allah apa? Kalau kalian bilang begitu, saya pun mau ngasih manfaat ke orang banyak. Karena ngasih manfaat ke orang banyak itu bagian dari hal yang Allah sukai. Itu masih di dalam ruang lingkup 'menyembah Allah."

Orang-orang non-Islam itu, misalnya para pembuat anime. Mereka suka menyisipkan tujuan-tujuan hidup yang bermacam-macam pada anime-nya.

Contohnya dalam anime Pokemon, di opening ketika zaman dulu.

"Pokemon, gonna catch 'em, it's you and me."

Apa lanjutannya?

"I know it's my destiny."

Waduh berarti tujuan hidupnya adalah menangkap pokemon, seperti Pokemon GO, haha. Masya Allah.

Lihat teman-teman. Orang-orang pembuat anime, penyembah selain Allah pokoknya, rata-rata bingung terhadap tujuan hidup mereka. Sehingga mereka menyalurkan tujuan hidup mereka itu lewat film-film dan komik-komik yang mereka buat. Kalau aqidah kita belum kuat, bisa jadi terbawa oleh mereka.

Contohnya lagi, di anime Digimon (maaf apabila contohnya yang seperti ini, hanya sebagai informasi saja untuk kalian). Saat Black Wargreymon melawan Imperialdramon, si Veemon bilang, "Aku hidup karena aku ingin bisa bermain-main."

Masya Allah. Ini semua tujuan hidup macam apa sih? Tidak ada tujuan hidup yang lebih baik daripada menyembah Allah.

Coba deh Naruto. Apa tujuan hidupnya? 

"Aku adalah Naruto Uzumaki. Aku adalah genin dari kampung Konoha. Aku ingin menjadi hokage agar orang-orang berhenti dari merendahkanku."

Tujuan hidupnya adalah menjadi hokage. Andaikan kita ini hidup di dunia ninja, lalu ada orang yang bilang hidupnya tujuannya untuk jadi hokage, kita jawab, "Ya silakan aja. Jadi hokage supaya apa?" Terus dijawab, "Supaya kalau udah jadi hokage, saya ingin menjadi pemimpin yang baik." Jadi pemimpin baik juga bagian dari ibadah kepada Allah.

Coba kalian survei ke seluruh dunia, tanyakan tentang tujuan hidup ke semua orang. Kalau memang tujuan hidup mereka baik, pasti itu masih termasuk ke dalam ruang lingkup menyembah Allah. Asal diniatkan saja karena Allah. Karena itu tidak ada tujuan hidup yang lebih baik kecuali menyembah Allah.

Ada anak STEI ITB 2010 bernama Deni Setiawan dari SMAN 2 Bandung. Dia bilang, "Saya masuk STEI ingin menyebarkan listrik ke daerah-daerah yang belum ada listrik, supaya orang-orang bisa baca Qur'an di sana." 

Masya Allah. Keahliannya dipakai untuk mendekatkan dirinya kepada Allah. Itu juga bagian dari ibadah. 

Sekali lagi, kalau kalian bingung tujuan hidup kalian apa, tanya aja ke semua orang, 

"Ada ga tujuan hidup yang lebih baik daripada menyembah Allah?" Tidak ada insya Allah.

Karena kita adalah hamba Allah, kita harus ingat kepada ayat ini. "What are you?"

Allah menjawab,

"Bukankah pernah datang kepada manusia satu waktu dari masa, yang ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut? Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat." (QS. Al-Insan [76] : 1-2)
Sesuatu yang tidak disebut. Ya. Kita dulu merupakan sesuatu yang tidak disebut sama sekali. Jangankan air mani, jangankan ovum. Kita bukan apa-apa. Sebelum adanya air mani dan ovum yang bersatu, kita ini bukan apa-apa banget. Tidak ada yang tahu tentang diri kita. Tapi kemudian Allahlah yang menakdirkan orang tua bertemu, kemudian menikah, kemudian punya anak, jadilah kita. Tapi kita pernah dalam kondisi bukan apa-apa. Setelah bukan apa-apa, kita jadi sesuatu, tapi sesuatunya yang hina.

"Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (air mani)." (QS. As-Sajdah [32] : 8)
"Maaim-mahiin." Air yang hina. Allah menjadikan manusia, menciptakan manusia dari air yang hina.

Kita tadinya bukan apa-apa. Lalu jadi apa-apa, tapi hina. Kemudian Allah sempurnakan jadi darah, jadi daging, jadi manusia, setelah itu lahir. Lahirnya pun penuh dengan keterbatasan yang mana kita tidak bisa melakukan apa-apa kecuali dengan pertolongan Allah. Terus makin dewasa dikasih kekuatan. Sadarkah kita kalau kita ini bukan apa-apa kalau bukan karena pertolongan Allah? 

Dari mulai lahir yang mana kalau orang sudah lahir, lihatlah betapa banyak wanita yang membunuh anaknya. Sering kita lihat orang tua memunuh bayinya. Dan memang manusia tidak punya kekuatan apa-apa saat bayi. Tapi Allahlah yang memberi sifat rahmah, kasih sayang kepada orang tua kita. Sehingga orang tua sayang ke kita.

Saat dewasa, SKPS (Skala Kegantengan Per Sekon kuadrat) kita beda-beda. Tapi saat bayi, insya Allah kalian lihat bayi manapun lucu deh. Subhanallah. Itu Allah yang telah menciptakan bayi itu lucu, sehingga rasa kasih sayang manusia bertambah kepada bayi. Bayi yang tak berdaya jadi punya daya dengan kekuatan dari orang tuanya.

Karena itu dosa yang ingin dibahas sekarang adalah dosa takabbur. 'Ujub dan sombong.

'Ujub dan Sombong


Sombong dan ujub itu berbeda. Sombong adalah anaknya ujub, turunan dari 'ujub. Orang yang sombong pasti 'ujub. Tapi orang yang 'ujub belum tentu sombong. Insya Allah akan diberikan contohnya.

Dalam sebuah hadits qudsi, Allah berfirman, 
"Wahai hamba-Ku curahkanlah dirimu dalam beribadah kepada-Ku, niscaya akan aku penuhi dadamu dengan ketenangan dan akan aku cabut segala kekurangan dirimu. Jika kau tidak mau melakukannya maka akan Aku simpan ke dalam hatimu segala hal yang meresahkan dan tidak akan Aku cabut darimu segala kekuranganmu." (HR. Tirmdzi, derajatnya hasan gharib
Kalau kita, manusia, ibadahnya mantap, insya Allah Allah kasih kebaikan dari segalam sisi.

Karena kita adalah hamba Allah, maka mari kita ingat ayat yang agung ini.
"Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik." (QS. Al-Furqan [25] : 63)

Maka kita sebagai hamba Allah harus rendah hati dan menjauhi sifat sombong. Karena sombong ini merupakan kebinasaan. 'Ujub saja sudah binasa, apalagi sombong.

Definisi 'Ujub dan Sombong


Mari kita definisikan 'ujub dan juga sombong.

Sombong


Pertama, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memberi tahu tentang haramnya kibr (sombong).

Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi.” Ada seseorang yang bertanya, “Bagaimana dengan seorang yang suka memakai baju dan sandal yang bagus?” Beliau menjawab, “Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.“ (HR. Muslim no. 91)

Sesungguhnya kesombongan adalah menolak kebenaran, dan merendahkan manusia. Kalau kalian lihat ada orang kaya pergi ke mana-mana menggunakan mobil yang bagus, kita tidak boleh memvonis dia sombong. Karena kita tidak tahu isi hati orang. 

Kalau kita mau menilai seseorang sombong atau tidak, kriterianya ada dua.

1. Menolak kebenaran
2. Merendahkan manusia

Kalau misal A melihat B sedang memakai mobil bagus. A bilang, "Lihat teman-teman, B pergi pakai mobil mewah terus ke mana-mana. Dia sombong, ya." Itu sebenarnya A yang sombong, karena ia sedang merendahkan si B. Pahadal si B memakai mobil mewah itu karena memang pemberian orang tuanya, dia memakainya sambil bersyukur kepada Allah dengan hati yang tenang-tenang saja.

Makanya hati-hati. Ketika kita bilang orang sombong, bisa jadi kitalah yang sombong sebenarnya. 

'Ujub


'Ujub adalah merasa bangga dengan diri sendiri.

3 Contoh

Misalnya ada orang yang berkata seperti tiga contoh berikut.

1. "Alhamdulillaah teman-teman, aku ini ganteng."

Ini boleh. Namanya tasyakur bi ni'mah. Tapi susah untuk tidak merasa sombongnya. 'Aisyah istri Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sih bisa. Ada dalam atsar yang shahih. Beliau berkata, "Aku ini istri Rasul yang paling cantik, dan orang yang menyaingiku adalah Zainab." Ibu kita tercinta 'Aisyah sudah terjamin surga, insya Allah tidak sombong saat mengatakan itu. Kalau memang kita bisa menjaga hati saat mengatakan hal seperti itu, silakan. Ini tidak dilarang.

2. "Aku ganteng da udah bakat jadi orang ganteng." 

Ini namanya 'ujub.

3. "Saya mah ganteng, liat tuh yang lain, SKPS (satuan kegantengan per sekon kuadrat) rendah, ga level sama saya."

Ini namanya sombong.

Jadi bedanya 'ujub dan sombong adalah kalau 'ujub, ia hanya berkata, "Aku ganteng begini sudah bakat," tapi kalau sombong adalah 'ujub plus merendahkan orang lain.

Mana yang lebih parah? Sombong. 

Kesombongan Iblis


Iblis itu sombong.
"Allah berfirman, 'Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?' Menjawab iblis, 'Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah.' (QS. Al-A'raf [7] : 12)

Iblis disuruh  sujud (penghormatan) ke Adam. Bukan sujud menyembah, karena sujud menyembah diharamkan dari zaman dulu. Sujud hormat itu dibolehkan sebelum diutusnya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Boleh kita hormat dengan cara ruku' dan sujud. Tapi setelah beliau diutus, itu semua dilarang. Yang dibolehkan itu mencium tangan orang tua sambil membungkuk (ruku') tidak apa-apa. Tapi kalau membungkuk penghormatan ke selain orang tua tidak boleh. Nabi Ya'qub dan sebelas saudara Nabi Yusuf waktu datang ke Mesir mereka bersujud kepada Nabi Yusuf. Sujudnya sujud hormat. 

Iblis berkata, "Ana khairum minhu. Aku lebih baik dari pada dia. Kau ciptakan aku dari api, Kau ciptakan dia dari tanah."

Di mana-mana tanah lebih baik dari api. Kenapa? Tanah itu tiap tahun harganya semakin naik. Kalau api, korek api segitu-gitu saja harganya.

Itu si iblis menganggap dirinya mulia (itu sudah 'ujub), tapi plus merendahkan Nabi Adam. Maka itu sombong. Dan ini adalah dosa yang pertama kali terjadi di seluruh alam semesta. Kesombongan dari iblis. Yang menyebabkan dia dikeluarkan dari agama Allah. Padahal dulunya dia adalah harits, di mana dia pun menyembah Allah semata. Tapi kemudian kesombongannya sudah melampaui batas sampai akhirnya dia murtad dari agama Allah ini.

Pada artikel berikutnya akan dijelaskan bentuk-bentuk kesombongan yang sering terjadi di antara kita. 

***

Rabu, 27 Juli 2016

Al-Kabair 0 : 4,9 Milyar (2)

max


Bismillah wash shalatu was salamu 'ala Rasulillah.

Amma ba'du.

Ini adalah lanjutan dari pembahasan tentang materi 4,9 Milyar. 

Ciri-ciri Dosa Besar


Ciri-ciri dosa besar adalah dosa-dosa yang apabila dalam dalil terdapat:

1. Ancaman neraka 

Misalnya menyembah selain Allah, membunuh, dan berzina. 

Allah berfirman,

Dan orang-orang yang tidak menyembah Rabb yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya Dia mendapat (pembalasan) dosa(nya), (yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan Dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina." (QS. Al-Furqan [25] : 68-69)

2. Ancaman siksaan hari kiamat 

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Barangsiapa yang sombong, maka di hari kiamat Allah akan menmbangkitkan dia menjadi sebesar semut dalam wujud manusia dan dimasukkan ke neraka jahannam. Dan di dalam jahannam ada satu penjara yang bernama bulas. Dan di dalamnya mereka akan diberi minuman dari nanah penghuni neraka." (HR. Tirmidzi derajatnya shahih)

3. Ancaman laknat dari Allah dan Rasul-Nya

Misalnya laki-laki yang menyerupai perempuan atau perempuan yang menyerupai laki-laki, dalilnya adalah hadits berikut.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat orang laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita-wanita yang menyerupai laki-laki.” (HR. Al-Bukhari no. 5886, 6834, Abu Dawud no. 4930)

4. Ancaman siksaan kubur

Misalnya orang yang ghibah, atau yang sering mengadu domba. Nanti salah satu adzab kuburnya yaitu Allah akan membuat tangan, jari dan kukunya jadi tembaga yang akan mencakar-cakar dada dan pipinya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Tatkala Rabbku memi’rajkanku (menaikkan ke langit), aku melewati beberapa kaum yang memiliki kuku dari tembaga, dalam keadaan mereka mencabik-cabik wajah dan dada mereka dengan kukunya. Maka aku bertanya, ‘Siapakah mereka ini wahai Jibril?’ Dia menjawab, ‘Mereka adalah orang-orang yang memakan daging (suka mengghibah) dan menjatuhkan kehormatan manusia’.” (HR. Ahmad, dishahihkan Al-Albani rahimahullahu dalam Ash-Shahihah no. 533. Hadits ini juga dicantumkan dalam Ash-Shahihul Musnad karya Asy-Syaikh Muqbil rahimahullahu)

5. Statement "tidak termasuk golongan kami" 

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Barangsiapa yang menipu kami, maka ia tidak termasuk golongan kami.” (HR. Muslim no. 101)
Contohnya menyontek saat ujian. Tapi zaman sekarang yang namanya menyontek itu jarang. Seringnya kerja sama.

6. Ancaman hukuman secara duniawi

Misalnya orang yang mencuri dipotong tangannya, orang yang menuduh orang lain berzina padahal tidak punya saksi, dia dipecut 80 kali.

Allah Azza wa Jalla menegaskan,


"Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Maka barangsiapa bertaubat (di antara pencuri-pencuri itu) sesudah melakukan kejahatan itu dan memperbaiki diri, maka sesungguhnya Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Maidah [5] : 38-39) 

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman,


"Dan orang-orang yang menuduh perempuan-perempuan yang baik (berzina) dan mereka tidak bisa mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka delapan puluh kali, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka untuk selama-lamanya. Mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. An-Nur [24] : 4)

7. Statement "telah kafir orang yang melakukan ini dan itu"

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
Perjanjian antara kami dan mereka (orang kafir) adalah mengenai shalat, barangsiapa meninggalkannya maka dia kafir.” (HR. Ahmad, Abu Daud, At Tirmidzi, An Nasa’i, Ibnu Majah dengan sanad yang shahih dari Buraidah Al Aslami)

Tapi memang, tidak semua lafadz "kafir" dalam hadits itu maksudnya keluar dari Islam. Akan ada pembahasan tersendiri. Apakah orang yang meninggalkan shalat keluar dari Islam? Di sini ada ikhtilaf ulama. Ulama terbagi menjadi dua pendapat. Mayoritas ulama bilang orang yang meninggalkan shalat ia masih Islam. Sedangkan minoritas ulama bilang orang yang meninggalkan shalat, ia kafir.

8. Ancaman mati di atas jahiliyah

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Ada empat hal di tengah umatku dari perkara jahiliyah, mereka sulit untuk meninggalkannya; berbangga dengan keturunan, mencela keturunan orang lain, minta hujan dengan perantaraan bintang-bintang, dan meratapi mayat”. (HR. Muslim)

Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Wanita yang meratapi mayat bila tidak bertobat sebelum meninggal, ia dibangkitkan pada hari kiamat memakai baju dari timah panas dan mantel dari aspal panas. (HR. Muslim)
Meratap di sini misalnya bagi perempuan itu memukul-mukul wajah, merobek-robek baju. Kalau laki-laki diputuskan pacarnya, dia membanting HP. Tapi bukan berarti kafir orang yang melakukan hal ini. Jangan salah memahami hadits ini seperti yang dilakukan oleh ISIS.

Itu lah delapan ciri-ciri dosa besar.

Syarat 4,9 Milyar


Sekarang pembahasan 4,9 milyar, orang-orang yang masuk surga tanpa hisab. Kalau kita termasuk ke dalam golongan ini, itu termasuk kesuksesan yang nyata. Dalam hadits shahih Bukhari dan Muslim yang sudah dibahas pada bagian pertama merupakan isi bagian awal haditsnya. Berikut hadits lengkapnya.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Saya telah diperlihatkan beberapa umat oleh Allah, lalu saya melihat seorang Nabi bersama beberapa orang, seorang Nabi bersama seorang dan dua orang dan seorang Nabi sendiri, tidak seorangpun menyertainya. Tiba-tiba ditampakkan kepada saya sekelompok orang yang sangat banyak. Lalu saya mengira mereka itu umatku, tetapi disampaikan kepada saya, 'Itu adalah Musa dan kaumnya'. Lalu tiba-tiba saya melihat lagi sejumlah besar orang, dan disampaikan kepada saya, 'Ini adalah umatmu, bersama mereka ada tujuh puluh ribu orang, mereka akan masuk surga tanpa hisab dan adzab.'

Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bangkit dan masuk rumah. Orang-orang pun saling berbicara satu dengan yang lainnya, ‘Siapakah gerangan mereka itu?’ Ada diantara mereka yang mengatakan. ‘Mungkin saja mereka itu sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.’ Ada lagi yang mengatakan, ‘Mungkin saja mereka orang-orang yang dilahirkan dalam lingkungan Islam dan tidak pernah berbuat syirik terhadap Allah.’ dan menyebutkan yang lainnya. Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar, mereka memberitahukan hal tersebut kepada beliau. Beliau bersabda, 

"Mereka itu adalah orang yang tidak pernah minta diruqyah, tidak meminta di-kay dan tidak pernah melakukan tathayyur serta mereka bertawakkal kepada Rabb mereka." 

Lalu Ukasyah bin Mihshon berdiri dan berkata, 'Mohonkanlah kepada Allah, mudah-mudahan saya termasuk golongan mereka!’ Beliau menjawab, ‘Engkau termasuk mereka’, Kemudian berdirilah seorang yang lain dan berkata,’Mohonlah kepada Allah, mudah-mudahan saya termasuk golongan mereka!’ Beliau menjawab, ’Kamu sudah didahului Ukasyah.’


1. Tidak minta diruqyah


Kalau seseorang kesurupan, kemudian dia diruqyah tanpa dia minta, itu tidak masalah. Kalau ia minta, berarti gagal.

2. Tidak minta diobati dengan kay (besi panas)


Di zaman dulu, kalau ada penyakit seperti tumor atau yang lain, salah satu metode pengobatannya adalah dengan menempelkan besi panas di bagian yang sakit. Penyembuhan ini dikenal paling manjur pada zaman dulu. Hukum kay ini kata Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dilarang secara makruh tidak sampai haram. Karena beliau pun pernah meng-kay Ubay ibn Ka'ab.

3. Tidak pernah percaya tathayyur (tahayul)


Kalau ada kupu-kupu  masuk rumah, berarti ada...? Hayo yang jawab berarti percaya, haha. Tidak, kalian hanya tahu saja bukan percaya, kan?

Contoh lainnya adalah jika di perjalanan bertemu kucing hitam maka sebaiknya melalui jalan lain, karena akan ada kesialan jika melalui jalan itu. Banyak di kartun-kartun diajarkan tahayul yang seperti ini. Maka harus hati-hati.

4. Selalu bertawakkal kepada Allah


Ini poin terberat. Coba, di antara kita pernah besoknya UTS kemudian kita belajar dengan sungguh-sunguh, tapi besoknya nyontek. Nyontek adalah ciri-ciri tidak tawakkal. Gagal.

Sekarang kalau ditanya "siapa yang sudah gagal?" mungkin banyak di antara kita yang gagal.

Misalnya ada orang. Dia tidak pernah tidak tawakkal kepada Allah. Jadi seumur hidupnya, selalu dalam perbuatannya ia tawakkal. Besok UTS dia belajar sungguh-sungguh. Dan ketika sukses dia tidak bilang, "Siapa dulu dong, aku belajar tadi malam." Kalau dia bilang seperti itu berarti dia sudah tawakkal kepada belajar, bukan ke Allah. Tapi kalau misalnya kita ikhtiar sebisa mungkin, kemudian setelah itu kita sukses, alhamdulillah, semua karunia Allah. Kalau gagal kita berkata, "Ini semua takdir Allah. Dan takdir Allah penuh hikmah. Yang salah adalah diriku."

Anak DKM misalnya ikhwan turnamen futsal, sementara akhwat ngerujak. Setelah itu, rujak buatan akhwat dimakan oleh ikhwan. Saat dibilang rujaknya enak, akhwat berkata, "Siapa dulu dong yang ngebuat?" Ini berarti tawakkalnya sudah salah.

Itu lah 4,9 milyar. Kita harus berusaha untuk mencapainya.

Ada pertanyaan, 

"Kalau misalnya kita melakukannya (minta diruqyah dan lain-lain) dulu, apakah bisa termasuk ke dalam 4,9 milyar?"

Tenang, teman-teman. Mudah-mudahan, hadits berikut bisa menjadi dalil masih bisa sukses menjadi 4,9 milyar.

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 
"Orang yang bertaubat dari suatu dosa, itu sama seperti tidak melakukan dosa sama sekali." (HR. Ibnu Majah derajatnya hasan lighairih)

Tapi itu tidak menjamin. Karena itu, kalau pun kita tidak bisa masuk ke jalur VIP, mari kita masuk ke golongan orang yang menjauhi dosa-dosa besar. Semoga Allah mudahkan.

Semoga Allah mengumpulkan kita di surga-Nya. Aamiin ya Allah ya Rabbal 'alamin.

Sabtu, 23 Juli 2016

Al-Kabair 0 : 4,9 Milyar (1)

max


Bismillahi wash shalatu was salamu 'ala rasululillah.
Innal hamda lillahi nahmaduhu wa nasta'inuhu wa nastaghfiruh.
Wa na'udzubillahi min syururi anfusina wa min sayyiati a'malina.
May yahdihillahu fa la mudhillalah.
Wa may yudhlil fa la hadiyalah.
Asyhadu al la ilaha illallah.
Wa asyhadu anna Muhammadan abduhu wa rasuluh.
Amma ba'du.

Indeed, all praise be to Allah, we praise Him. we seek His protection, and we seek His forgiveness.
We seek protection to Allah, from the evil of ourselves and from the evil of our action.
Whoever Allah guides, no one can misguide.
And whoever Allah lets to leaves to go astray, no one can guide.
I bear witness that there is no God (worthy to be worshipped) except Allah.
And I bear witness that Muhammad shallalahu 'alaihi wa sallam is His slave and messenger.
And after that.

Apa Sih 4,9 Milyar?



Kalian tahu, bintang film seperti Teuku Wisnu. Berapa waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan uang 4,9 milyar? Ia perlu 20 bulan alias satu tahun delapan bulan. Karena gaji Teuku Wisnu waktu jadi bintang film itu 250 juta rupiah, berarti 20 bulan baru bisa lewat 4,9 milyar yaitu 5 milyar.

Tapi bukan itu pembahasannya.

Pembahasan yang akan dibahas sekarang adalah sebuah hadits yang sangat agung. Masya Allah keren banget, dari dulu orang-orang pengen dapet hadits ini. Apa haditsnya?

Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam bersabda, 
"Diperlihatkan kepadaku umat-umat. Dan aku bisa melihat ada di antara nabi yang punya pengikut sekitar tiga sampai sembilan orang. Ada juga nabi yang punya pengikut hanya dua orang, ada yang satu orang. Kemudian aku diperlihatkan ke sebuah arah dan di sana ada umat yang sangat banyak. Aku kira mereka umatku. Tapi kemudian dikatakan, 'Itu adalah umat Musa alaihis salam.' Kemudian aku diperintahkan untuk melihat ke ufuk. Sejauh mata memandang, di situ ada umat yang banyak sekali. Dan dikatakan kepadaku, 'Itu adalah umatmu wahai Muhammad. Dan bersama mereka ada 70.000 orang yang akan masuk surga tanpa hisab dan adzab.'" (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam riwayat lain, ada tambahan. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam meminta tambahan kepada Allah. Akhirnya oleh Allah ditambah setiap 1000 orang bisa membawa 70.000. (HR. Ahmad, dihasankan oleh Syaikh Al-Arnauth)

Dalam lafadz yang lain lagi, di mana hadits ini derajatnya lemah ringan. Tapi kemudian setelah dilihat sanadnya, dan ulama peneliti hadits telah meneliti sanad-sanad haditsnya, akhirnya Syaikh Aktuairiji berfatwa bahwasanya haditsnya hasan, sedangkan Syaikh Abu Abdurrahan dalam kitab Silsilah Hadits Ash-Shahihah no. 1484 menyatakan hadits ini shahih. Yaitu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam meminta tambahan kepada Allah, dan Allah memberi tambahan setiap satu orang bisa membawa 70.000 orang.

Total 4,9 milyar. Mereka yang akan masuk surga tanpa hisab dan adzab. Subhanallah. Semoga kita termasuk golongan ini.

Itu lah jalur VIP. Karena 4,9 milyar itu kalau dibandingkan dengan manusia dari zaman sampai sekarang itu sedikit. Allah berfirman dalam QS. Al-Waqi'ah: 10-14.
"Dan orang-orang yang lebih dahulu beriman. Mereka itulah orang yang didekatkan kepada Allah. Mereka berada di dalam surga yang penuh kenikmatan. Banyak di antara golongan yang terdahulu, dan sedikit dari golongan yang kemudian."

Kita termasuk golongan orang yang kemudian. 4,9 milyar itu dibagi-bagi dari zaman Nabi Adam,sampai ke zaman sekarang. Itu pun di akhir-akhir zaman ada para sahabat nabi yang sangat banyak jumlahnya. Apakah kita tidak bisa kebagian? Tunggu dulu.

Nanti akan dibahas, bahwa mungkin saja di antara kita masih bisa ada yang match dengan kriteria yang akan dibahas di akhir.

Sebelum ke jalur VIP 4,9 milyar, akan dibahas jalur biasa terlebih dahulu.

Jalur Biasa


Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 
"Di hari kiamat, neraka itu akan dibawa oleh 70.000 rantai. Dan di setiap rantai ada 70.000 malaikat yang menariknya. (HR. Muslim)

Kalian tahu, neraka jahannam ini bisa berbicara. Ketika Allah melempari satu gelombang manusia ke neraka jahannam, ia akan bicara, "Hal mim mazid?" "Ya Allah, masih ada tambahan?" begitu sampai gelombang ketiga. Sampai akhirnya Allah menginjakkan tumit-Nya (wajib kita imani, tidak boleh kita bayangkan bagaimana bentuknya, dan tidak boleh diserupakan dengan makhluk) ke neraka jahannam dan jahannam bilang, "Demi kemuliaan-Mu ya Allah, demi kemuliaan-Mu, cukup, cukup, cukup." 

Neraka jahannam yang tadinya luas jadi sempit. Dan orang-orang yang berada di neraka jahannam tubuhnya oleh Allah diperbesar. Kulitnya disebutkan dalam hadits yang shahih memiliki tebal sepanjang tiga hari perjalanan. Giginya sebesar gunung Uhud. Hikmahnya adalah agar siksaannya jadi lebih terasa. Karena sensor sakit ada di kulit. Semakin tebal, semakin terasa pedihnya dibakar. 

Bayangkan, neraka yang tadinya luas dan diisi oleh orang-orang bertubuh sangat besar akan diremukkan setelah Allah menginjakkan kaki-Nya yang menyebabkan neraka menyempit. Dan ingat, neraka jahannam itu warnanya hitam. Subhanallah. Semoga Allah melindungi kita dari neraka jahannam.

Nah temen-temen semua, sebelum kita masuk ke materi 4,9 milyar, akan ada pembahasan untuk jalur biasa dulu. Jalur agar tidak disentuh api neraka.

Kalau ditanya, "Mending dijamin surga atau tidak disentuh neraka?" Jawabannya tidak disentuh neraka. Kalau dijamin tidak disentuh neraka, pasti masuk surga, sedangkan dijamin surga belum tentu tidak masuk neraka terlebih dahulu.

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 
"Tidak ada seorang pun yang mati di atas laa ilaha illallah kecuali pasti surga wajib baginya." Abu Dzar bertanya, "Ya Rasul, bagaimana kalau dia berzina dan mencuri?" Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, "Walaupun berzina dan mencuri." Abu Dzar bertanya sampai tiga kali. (HR. Bukhari)

Semua orang Islam dijamin surga, tapi tidak dijamin tidak disentuh api neraka. Karena itu kita harus tahu caranya bagaimana agar kita tidak disentuh neraka.

Allah berfirman, 

"Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga)." (QS. An-Nisa' [4] : 31)

Berarti kunci agar tidak disentuh neraka adalah jangan mati dengan dosa besar.

Coba kalian sebutkan 30 dosa kecil dalam waktu satu jam insya Allah tidak akan bisa. Tapi kalau disuruh menyebutkan 30 dosa besar dalam lima menit, pasti bisa. Karena dosa besar itu jumlahnya jauh lebih banyak daripada dosa kecil. Di bagian ke-2 nanti akan kami jabarkan kriteria atau ciri-ciri dosa besar.

***


Coprights @ 2016, Blogger Templates Designed By Templateism | Distributed By Gooyaabi Templates | Modified by Zain Ibn Sufry