by Abu Takeru
EPISODE 0: PEMBUKAAN
Ada satu hadiits yang luar biasa.
مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِى الدِّينِ
“May yuridillaahu bihii khairan, yufaqqihhu fid diin.”
“Barangsiapa Allaah kehendaki kebaikan untuk dirinya, Allaah akan buat dia paham terhadap ilmu agama.” (HR. Bukhari no. 71 dan Muslim no. 1037).
Ini ciri-ciri orang yang oleh Allaah ingin diberi hidayah, ingin dirinya jadi baik. Maka Allaah akan membuat dirinya seneng dengan belajar ilmu agama. Banyak diantara kita yang dulu tidak senang dengan ilmu agama. Tau doang, pelajaran di sekolah yang mungkin cuma dua jam per minggu. Itu sangat ga cukup. Dan kita ternyata oleh Allaah dibimbing untuk jadi seneng mentoring, seneng ngedengerin kajian lewat YouTube. Ini ciri-ciri Allaah menghendaki kita kebaikan.
Karena kalau orang tidak belajar ilmu
agama, ia tidak akan tahu mana yang halal mana yang haram. Dulu aja coba
inget-inget deh, kalau di antara kita ada yang pernah pacaran waktu SMP, bahkan
SD, atau SMA, waktu kita ga seneng belajar ilmu Islam, kita pacaran aja biasa.
Namun ketika Allaah membimbing kita untuk seneng ilmu Islam, maka MINIMAL saat pacaran pun ada perasaan
berdosa. Tau kalau itu tuh haram. Itulah efek dari belajar ilmu Islam.
Namun jangan lupa, kajian ilmu Islam yang
terbaik adalah hadir langsung ke para ulama. Di mesjid-mesjid, ke ustadz yang
ilmunya luar biasa. Kenapa? Karena Nabi ﷺ bersabda,
“Barangsiapa yang hadir ke masjid, untuk mempelajari kebaikan (yaitu ilmu Islam) atau mengajarkannya, maka baginya pahala haji yang sempurna.” (HR. Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir, 8: 94. Syaikh Al-Albani dalam Shahih At-Targhib wa At-Tarhib, no. 86 menyatakan bahwa hadits ini hasan shahih).
Subhaanallaah.
Kalau misal kita datang ke rumah pementor, dateng ke rumah orang yang bisa
ngajarin ilmu agama (belajar tajwid, tafsir, dan lain-lain), itu juga luar
biasa. Namun walaupun kita ga melakukannya, minimal lewat Line, dengerin
rekaman ceramah pun udah besar pahalanya.
***
Dalam awal pembahasan kitab Tazkiyatun Nafs, Said Hawa berkata,
“Ilmu Islam itu lebih mulia daripada ilmu kedokteran. Namun janganlah kalian
mengira bahwasanya kami meremehkan ilmu kedokteran.”
Subhaanallaah.
Kalian tau ga sih, pahala mempelajari ilmu kedokteran? Yang dipakai untuk
mashlahat, manfaat untuk orang banyak. Itu pahalanya besar banget. Bahkan,
pezina yang ngasih minum ke anjing aja dimaafkan dosa zinanya, gimana dengan
dokter, yang dengan izin Allaah bisa ngobatin orang sakit, nyelamatin orang
dari kematian (tentunya semua dengan izin Allaah). Tentu pahala bagi mereka
besar banget tuh. Namun tetap, mempelajari ilmu Islam melampaui pahala
mempelajari ilmu kedokteran.
Sekali lagi, bukan meremehkan ilmu-ilmu
yang lain yang bermanfaat. Karena kalau kalian ahli dalam kedokteran dan kalian
paham ilmu Islam, wah itu bisa jadi ladang dakwah yang besar. Karena dengan
begitu lah kita ini dakwahnya bisa nyebar. Masing-masing orang dakwah di bidang
masing-masing.
Namun tentunya untuk dakwah, harus ada
modal. Modal dakwah adalah ilmu Islam. Ga bisa kita cuman punya semangat, dan
kita ga ngerti ilmu Islam. Nanti ketika ditanya oleh orang lain tentang hukum
halal dan haram, kita malah bingung.
“Terus kalau mau dakwah caranya gimana
nih? Apakah bisa langsung der der?”
Nah kita juga harus belajar ilmu
berdakwah.
***
MASALAH DI SEKITAR KITA
Ada beberapa masalah yang ada di sekitar
kita. Tentunya bukan untuk diabaikan, bukan juga untuk dijelek-jelekkan, namun
untuk diluruskan.
1. Sebagian diantara kita, mempelajari ilmu Islam, namun tahapannya salah.
Kita malah memahami ilmu-ilmu Islam yang
sifatnya cabang. Ilmu Islam yang sifatnya cabang ini, pasti ada perbedaan
diantara para ulama. Contohnya: (1) qunut shubuh; (2) kalau sujud tangan dulu
atau kaki dulu.
Ini semua perlu dipelajari. Namun jangan
lupa itu adalah ilmu Islam yang sifatnya cabang, sehingga wajar kalau banyak
perbedaan. Selama masih punya dalil, maka kita pelajari yang paling dalamnya, mana
nih yang paling sesuai dalilnya, setelah itu kita amalkan. Dan kita toleran terhadap
pendapat yang lain. Ada pun ilmu tentang fundamental Islam, maka ini kita semua
harus sepakat.
Untuk seneng belajar ilmu Islam, namun
kita harus ngerti tahapannya nih.
Belajar ilmu Islam itu pertama harus yang
fundamental (pokok) yang ulama sepakat akan hal ini. Kenapa? Karena justru yang
fundamental inilah yang akan menguatkan iman kita. Setelah kita belajar yang
fundamental, tentu kita belajar yang cabang-cabang, masalah qunut shubuh,
tarawih berapa rakaat, insyaaAllaah kita pelajari juga.
Ga ada yang ga penting dalam ilmu Islam.
Hanya saja tingkatan pentingnya berbeda-beda. Ada yang paling tinggi, yaitu
tentang iman kepada Allaah, Malaikat, dan lain-lain. Ada juga yang tingkatan
pentingnya lebih rendah.
Nah, itulah kesalahan pertama di antara
kita yaitu belajar ilmu Islam-nya bukan dari fundamental dulu, tapi dari
ilmu-ilmu yang sifatnya tingkatannya lebih rendah. Seperti ada seseorang yang
sekarang udah murtad (keluar dari Islam), semoga Allaah ngasih dia hidayah
untuk kembali pada Islam. Ketika dia semangat belajar ilmu Islam, yang dia
pelajari bukan tauhid dulu tapi malah bagaimana cara bercinta yang syar’i, buku-buku yang dia beli adalah
tentang pacaran islami, ya Allaah, ini kurang sesuai. Seharusnya kalau misalnya
baru seneng ilmu Islam, pelajari dulu yang penting, yang paling pentingnya,
kemudian baru yang lain-lain. Ya ujung-ujungnya dia hanya dengan bisikan dari
beberapa temennya yang aliran sesat, akhirnya dia murtad. Subhaanallaah, semoga Allaah ngasih dia hidayah.
2. Efek dari kurang belajar ilmu yang fundamental adalah kita banyak nanya pertanyaan yang kurang penting.
Contohnya:
- Gimana hukumnya shalat di bulan? Menghadap mana?
- Gimana kalau di Kutub Utara? Karena waktunya kan susah nentuin shubuh, zhuhur, ashar, maghrib, isya’.
- “Ya’juj dan Ma’juj agamanya apa?”
- “Fir’aun istrinya berapa?”
3. Efek dari belajar ilmu ga dari yang fundamental dulu adalah kita banyak melakukan komen di medsos dengan komen yang sangat berbahaya.
Kenapa? Karena kita ini ikut-ikutan dengan
ucapan orang-orang yang ga ngerti yang kita anggap baik, sehingga kita malah
jadi ikut komen. Contohnya adalah,
“Udahlah, kita harus toleran dengan agama
lain, kenapa ga boleh ucapin selamat Natal? Bukankah dalam agama kita harus
toleran?”
Betul agama kita harus toleran, tapi ada
batasannya nih. Karena kita ga belajar ilmu pokok yang fundamental, akhirnya
kita malah ga memahami, sampai tolerannya kelewat batas. Sampai ada tuh saudara
kita yang ikut ke gereja untuk ngerayain natal diantara golongan JIL (Jaringan
Islam Liberal) yang pemikirannya banyak sesat, ya orang-orang awam yang ga
ngerti ilmu fundamental akan ikut-ikutan. Nah, makanya kita perlu belajar
pokok-pokok agama.
Komen selanjutnya tuh ada yang bilang
kayak,
“Syi’ah itu ga sesat, Syi’ah mah cuma
perbedaan madzhab. Syi’ah terbagi
jadi dua golongan. Ada Syi’ah yang masih lurus, ada yang udah nyimpang. Jadi
kalau misalnya ada orang Syi’ah, kita ga boleh langsung katakan dia sesat, Syi’ah
itu hanya perbedaan dikit kok.”
Ini juga bahaya nih pemikiran seperti ini.
Sungguh ulama seperti Yusuf Qardhawi dulu memang beliau pernah bilang Syi’ah ga
sesat, namun ketika beliau tahu lebih dalam tentang Syi’ah, maka beliau taubat.
Beliau meralat dengan mengatakan, “Syi’ah dan Sunni (Islam) tidak akan pernah
bersatu.”
Tuh kan seperti itu ya. Jadi, alhamdulillaah nih kalau para ulama
setelah mengetahui kebenaran, mereka langsung kembali meralat ucapan mereka.
Tapi kalau orang-orang kayak kita nih kayaknya susah, susah untuk meluruskan
pemahaman kita kalau ga mau belajar ilmu pokok agama.
***
اِنَّ كَيْدَ الشَّيْطٰنِ كَانَ ضَعِيْفًا ...
“…Inna kaidasy syaithaana kaana dha’iifaa.”
“…Sesungguhnya tipu daya setan itu lemah." (QS. An-Nisaa' [4]: 76)
“…Sesungguhnya tipu daya setan itu lemah." (QS. An-Nisaa' [4]: 76)
Namun kenapa diantara kita ada yang masih ikut dengan tipu daya setan? Karena iman kita lebih lemah lagi daripada tipu daya setan. Ibaratnya ginilah, sekarang setan itu sudah menampakkan gigi-gigi taring mereka. Dan sebenernya gigi taring mereka itu tumpul. Cuman kalau iman kita selembek ager-ager, ya gampang dihancurin gigi taring setan yang tumpul.
Setan itu lemah, senjata mereka itu gigi taring mereka (ini ibarat ya, hanya perumpanaan). Gigi taring mereka itu tumpul. Ga bisa buat merobek iman yang kuat. Kalau iman kita selembek ager, ya gampang dirusak. Tapi kalau iman kita sekuat pohon kurma, maka walaupun gigi taring setan itu sekeras pisau, ga akan mungkin bisa menebangnya.
Setan itu lemah, senjata mereka itu gigi taring mereka (ini ibarat ya, hanya perumpanaan). Gigi taring mereka itu tumpul. Ga bisa buat merobek iman yang kuat. Kalau iman kita selembek ager, ya gampang dirusak. Tapi kalau iman kita sekuat pohon kurma, maka walaupun gigi taring setan itu sekeras pisau, ga akan mungkin bisa menebangnya.
Mari kita kuatkan iman kita.
0 komentar:
Posting Komentar
Diharapkan tidak berkomentar atas dasar fanatisme golongan kepada ustadz atau organisasi tertentu.Akan tetapi, gunakan dalil dari Alquran dan Sunnah dengan pemahaman para generasi terdahulu (sahabat, tabi'in, dan tabiut tabi'in).